BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Bahasa adalah alat untuk
berkomunikasi yang digunakan manusia dengan sesama anggota masyarakat lainnya.
Bahasa itu berisi pikiran, keinginan, atau perasaan yang ada pada diri si
penulis. Bahasa yang digunakan itu hendaklah dapat mendukung maksud secara
jelas agar apa yang dipikirkan, diinginkan, atau dirasakan itu dapat diterima
oleh pendengar atau pembaca. Jika kita perhatikan penggunaan bahasa Indonesia
di dalam masyarakat sangat bervariasi baik di kalangan dewasa, remaja, dan
anak-anak. Karena telah mengalami perubahan yang cukup signifikan seiring
dengan perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi dan semakin tingginya
tingkat pergaulan remaja. Kemudian dari hal tersebut lahirlah bahasa pergaulan
yang biasa disebut bahasa gaul seperti elo,
gue, tau, cewek, dan sebagainya.
Banyaknya penyimpangan-penyimpangan
penggunaan bahasa yang tidak sesuai dengan aturan baku dalam penulisan.
Berdasarkan uraian
diatas, maka makalah ini membahas mengenai ragam bahasa Indonesia dan pola
dasar kalimat berdasarkan kaidah-kaidah yang berlaku.
Dalam konteks tersebut yang menentukan ragam bahasa Indonesia yang
digunakan. Terdapat berbagai macam ragam bahasa Indonesia, misalnya saja
seseorang yang menggunakan bahasa Indonesia dalam orasi politik menggunakan
ragam bahasa yang berbeda dari orang lain yang menggunakannya untuk
menyampaikan bahan ajar kuliah (Anshari dkk, 2013:41).
Pembahasan lebih lanjut dalam tulisan ini lebih mengkhusus pada bahasa
Indonesia ragam ilmiah. Mahasiswa disadarkan bahwa dalam dunia akademik/ilmiah,
ragam bahasa Indonesia yang digunakan adalah ragam ilmiah, yang memiliki ciri
khas: cendikia, lugas dan jelas, menghindari kalimat fragmentaris, bertolak
dari gagasan, formal dan objektif, ringkas dan padat, dan konsisten. (Anshari
dkk, 2013:41).
Pada dasarnya ragam bahasa dibagi menjadi tiga yaitu ragam
ilmiah, ragam semi ilmiah dan ragam non-ilmiah. Perbedaan itu terletak dari
fakta yang disajikan oleh masing-masing jenis ragam, selain itu tata cara
penulisan dari masing-masing jenis ragam sangat berbeda. Dimana ragam ilmiah
lebih berdasarkan sistematika penulisan dan fakta yang didapatkan dengan cara
observasi, sedangkan ragam semi ilmiah lebih kepada fakta pribadi, sedangkan
ragam non-ilmiah tidak didukung oleh fakta yang umum.
Dalam
penulisan ragam bahasa hendaknya didukung oleh rangkaian kata yang dapat mengungkapkan gagasan, pikiran, atau perasaan
itu yang dinamakan kalimat. Kalimat yang kita gunakan sesungguhnya, semua
kalimat yang kita gunakan berasal dari beberapa pola kalimat dasar saja yang
dapat kita kembangkan sesuai kebutuhan kita.
Dalam penulisan ragam bahasa yang baik dan benar juga harus
memperhatikan keefektifan kalimat yang digunakan agar si pembaca dapat mengerti
apa yang dituliskan. Kalimat yang dapat mencapai sasarannya secara baik disebut
dengan kalimat efektif.
Kalimat
efektif adalah kalimat yang dapat
mengungkapkan gagasan pemakainya secara tepat dan dapat dipahami oleh pembaca
secara tepat pula. Jika gagasan yang disampaikan sudah tepat, pembaca dapat
memahami pikiran tersebut dengan mudah, jelas, dan lengkap seperti apa yang
dimaksud oleh penulis.
Berdasarkan
uraian diatas, maka makalah ini akan membahas mengenai ragam bahasa, kalimat
dasar dan kalimat efektif dengan kaidah kaidah yang berlaku.
B. Rumusan Masalah
1.
Mengapa penggunaan bahasa Indonesia sangat
bervariasi?
2.
Apa perbedaan ragam ilmiah,semi ilmiah dan non
ilmiah secara rinci?
3.
Bagaimana cara penulisan kalimat dasar dan kalimat
efektif?
C. Tujuan
1.
Untuk mengetahui tentang definisi bahasa Indonesia
ragam ilmiah
2.
Untuk mengetahui ciri dan karakteristik bahasa
Indonesia ragam ilmiah
3.
Untuk mengetahui cara penulisan tentang kalimat
dasar dan kalimat efekif
D. Manfaat
1.
Sebagai tambahan wawasan tentang bahasa Indonesia ragam
bahasa,kalimat dasar dan kalimat efektif serta memahami ciri dan karakteristiknya
sehingga dapat diterapkan dalam penggunaanya.
2.
Menambah ketermpilan menulis
3.
Untuk menyesuaikan data dan menulis
4.
Bagi pelajar
Sebagai sarana
atau sumber belajar untuk lebih paham tentang ragam ilmiah
Bagi pengajar
Sebagai salah
satu rujukan pemberian informasi kepada peserta didik tentang pemahaman ragam
ilmiah,kalimat dasar dan kalimat efektif.
BAB II
PEMBAHASAN
Ragam Bahasa
A. Pengertian Bahasa Indonesia Ilmiah
Bahasa Indonesia merupakan bahasa yang digunakan untuk
tujuan tertentu dan konteks ini akan menentukan ragam bahasa Indonesia yang
harus digunakan juga menjelaskan bahwa bahasa Indonesia ilmiah adalah ragam bahasa
Indonesia yang digunakan untuk kegiatan ilmiah oleh kelompok masyarakat
terpelajar.
B.
Ciri
dan Karakter Bahasa Indonesia Ilmiah
Puspandari
(2008:10) mengungkapkan bahwa ragam ilmu memiliki sifat sabagai berikut:
1.
Baku
Ragam bahasa ilmu termasuk ragam bahasa baku. Oleh
karena itu, ragam bahasa ilmu mengikuti kaidah-kaidah baku, yakni EYD, dan
dalam ragam lisan menggunakan ucapan yang baku, menggunakan kata-kata, struktur
frasa, dan kalimat yang baku atau sudah dibakukan.
2. Denotatif
Kata-kata
dan istilah yang digunakan haruslah bermakna lugas, bukan konotatif dan tidak bermakna
ganda.
3.
Berkomunikasi dengan pikiran dari pada perasaan
Ragam bahasa ilmu lebih
bersifat tenang, jelas, tidak berlebih-lebihan atau hemat, dan tidak emosional.
4.
Kohesif
Agar tercipta hubungan
gramatik antara unsur-unsur, baik dalam kalimat maupun dalam alinea, dan juga hubungan
antara alinea yang satu dengan alinea yang lainnya bersifat padu maka digunakan
alat-alat penghubung, seperti kata-kata penunjuk, dan kata-kata penghubung.
5.
Koheren
Semua
unsur pembentuk kalimat atau alinea mendukung satu makna atau ide pokok.
6.
Mengutamakan Kalimat Pasif
Contoh: Penulis melakukan
penelitian ini di laboratorium.
Perbaikan: Penelitian ini dilakukan di laboratorium.
7.
Konsisten
Konsisten
dalam segala hal, misalnya dalam penggunaan istilah, singkatan, tanda-tanda,
dan juga penggunaan kata ganti diri.
8.
Logis
Ide atau pesan yang
disampaikan melalui bahasa Indonesia ragam ilmiah dapat diterima akal.
9.
Efektif
Ide
yang diungkapkan sesuai dengan ide yang dimaksudkan baik oleh penutur atau oleh
penulis, maupun oleh penyimak atau pembaca.
10. Kuantitatif
Keterangan yang
dikemukakan pada kalimat dapat diukur secara pasti.
Dari beberapa sumber yang ada, meyebutkan pengertian variasi bahasa,
yaitu bentuk-bentuk bagian atau varian dalam
bahasa yang masing-masing memiliki pola-pola yang menyerupai pola umum bahasa
induknya.
Ragam bahasa bervariasi disebabkan oleh adanya kegiatan interaksi sosial yang
dilakukan oleh masyarakat atau penutur bahasa yang beragam, dan juga oleh para
penutur bahasa yang tidak homogen. Variasi bahasa terdapat dua pandangan.
Pertama, variasi yang dilihat sebagai akibat adanya keragaman sosial penutur
bahasa. Sehingga variasi bahasa terjadi akibat dari adanya keragaman sosial.
Kedua, variasi bahasa ada untuk memenuhi fungsinya sebagai alat interaksi dalam
kegiatan masyarakat atau penutur bahasa yang beraneka ragam.
C.
Jenis-Jenis Variasi Bahasa
Chaer dan Agustina (1995:62) membedakan
variasi bahasa, sebagai berikut:
-
Variasi
Bahasa dari Segi Penutur
Variasi
bahasa dari segi penutur adalah variasi bahasa yang bersifat individu dan
variasi bahasa dari sekelompok individu yang jumlahnya relatif, yang berada
pada satu tempat/wilayah atau area (idiolek dan dialek).
·
Idiolek: variasi bahasa
yang bersifat perseorangan. Menurut konsep idiolek.
·
Dialek: variasi bahasa
dari sekelompok penutur yang jumlahnya relatif, yang berada pada satu tempat,
wilayah, atau area tertentu.(dialek areal, dialek regional, dialek geografi).
·
Kronolek atau dialek temporal:
variasi bahasa yang digunakan oleh kelompok sosial pada masa tertentu.
·
Sosiolek/dialek sosial: variasi
sosial yang berkenaan dengan status, golongan, dan kelas sosial para
penuturnya.
-
Variasi
Bahasa dari Segi Pemakaian
Nababan
(dalam Chaer dan Agutina, 1995:68) mengemukakan variasi bahasa berkenaan dengan
penggunaannya, pemakaiannya, atau
fungsinya disebut fungsiolek, ragam, atau register.
Berdasarkan pendapat Joos (dalam Chaer dan Agustina,
1995), membedakan variasi bahasa berdasarkan keformalan atas beberapa bagian,
yaitu:
·
Ragam
beku: variasi bahasa yang paling formal, yang digunakan dalam situasi-
situasi khidmat, dan upacara-upacara resmi.
situasi khidmat, dan upacara-upacara resmi.
·
Ragam
resmi atau formal: variasi bahasa yang digunakan dalam pidato kenegaraan.
· Ragam
usaha: variasi bahasa yang lazim digunakan dalam pembicaraan dan
rapat-rapat atau pembicaraan yang berorientasi kepada hasil atau produksi.
rapat-rapat atau pembicaraan yang berorientasi kepada hasil atau produksi.
·
Ragam
santai: variasi bahasa yang digunakan dalam situasi tidak resmi.
·
Ragam
akrab: variasi bahasa yang biasa digunakan oleh penutur yang hubungannya
sudah akrab.
sudah akrab.
-
Variasi
Bahasa dari Segi Sarana
Variasi
bahasa ini dilihat dari sarana yang digunakan, yaitu ragam bahasa lisan dan
ragam bahasa tulis. Penggunaan ragam bahasa lisan dibantu dengan unsur-unsur
suprasegmental, sedangkan ragam bahasa tulis dibantu dengan ejaan termasuk
tanda baca.
D.
Macam-macam Ragam Bahasa
a.
Ragam Ilmiah
Ragam ilmiah adalah biasa disebut karya ilmiah, yakni
laporan tertulis dan diterbitkan yang memaparkan hasil penelitian atau
pengkajian yang telah dilakukan oleh seseorang atau sebuah tim dengan memenuhi
kaidah dan etika keilmuan yang dikukuhkan dan ditaati oleh masyarakat keilmuan.
Ciri-cirinya ragam ilmiah :
1. Objektif, keobjektifan ini tampak pada setiap fakta dan data yang
diungkapkan berdasarkan kenyataan yang sebenarnya.
2. Netral,kenetralan ini bias terlihat pada setiap
pernyataan atau penilaian bebas dari kepentingan.
3. Sistematis,uraian yang terdapat pada
karya ilmiah dikatakan sistematis apabila mengikuti pola pengembangan tertentu.
4. Logis, kelogisan ini dapat dilihat dari polanalar
yang digunakannya, polanalarinduktifataudeduktif.
5. Menyajikan Fakta,setiappernyataan,
uraian, atau simpulan dalam karya ilmiah harus faktual, yaitu menyajikan fakta.
6. Tidak Pleonastis, kata - kata yang
digunakan tidak berlebihan, jelas atau tidak berbelit - belit.
7. Bahasa yang digunakanbersifat formal
dansesuaidengan EYD.
Jenis ragam ilmiah yaitu paper, pra
skripsi,skripsi,thesis,disertasi,laporan hasil penelitian, dan jurnal
penelitian.
b.
Ragam Semi Ilmiah
Karya semi ilmiah adalah karangan
ilmu pengatahun yang menyajikan fakta umum dan menurut metodologi penulisan
yang baik dan benar, ditulis dengan bahasa konkret, gaya bahasanya formal, dan
didukung dengan fakta umum.
Ciri-ciri karangan semi ilmiah
atau ilmiah popular, yaitu :
1. Ditulis
berdasarkan fakta pribadi;
2. Fakta
yang disimpulkan subjektif;
3. Gaya
bahasa formal dan popular;
4. Mementingkan
diri penulis;
5. Melebih-lebihkan
sesuatu;
6. Usulan-usulan
bersifat argumentative; dan Bersifat persuasive.
Jenis karangan semi ilmiah yaitu artikel, editorial, opini,
tips, reportase, dan resensi buku.Resensi buku adalah bentuk konbinasi antara
uraian, ringkasan, dan kritik objektif terhadap sebuah buku.
c.
Ragam Non Ilmiah
Karya non-ilmiah adalah karangan yang menyajikan fakta
pribadi tentang pengetahuan dan pengalaman dalam kehidupan sehari-hari,
bersifat subyektif, tidak didukung fakta umum, dan biasanya menggunakan gaya
bahasa yang popular atau biasa digunakan (tidak terlalu formal).
Ciri-ciri karya tulis non-ilmiah,
yaitu:
1. Ditulis
berdasarkan fakta pribadi,
2. Fakta
yang disimpulkan subyektif,
3. Gaya
bahasa konotatif dan populer,
4. Tidak
memuat hipotesis,
5. Penyajian
dibarengi dengan sejarah,
6. Bersifat
imajinatif,
7. Situasi
didramatisir,
8. Bersifat
persuasif.
9. Tanpa
dukungan bukti.
Jenis-jenis yang termasuk karya
non-ilmiah, yaitu dongeng, cerpen, novel,drama,dan roman.
Kalimat Dasar
A. Pengertian Kalimat
Kalimat
adalah satuan bahasa terkecil, dalam wujud lisan atau tulisan yang
mengungkapkan pikiran yang utuh.Kalimat
merupakan gabungan dari dua buah kata atau lebih yang menghasilkan suatu
pengertian dan pola intonasi akhir. Kalimat dasar adalah kalimat yang berisi
informasi pokok dalam struktur inti,belum mengalami perubahan unsure seperti
panambahan keterangan kalimat atau pun keterangan subjek, predikat, objek,
ataupun pelengkap.Perubahan terdapat
B. Unsur-unsur Kalimat:
1. Subjek (pelaku)
Subjek adalah pelaku dari suatu tindakan. Ciri-ciri subjek :
- Jawaban atas pertanyaan apa dan siapa
- Disertai kata itu
- Dapat berupa nomina, verba, atau adjektiva
- Didahului kata bahwa
- Mempunyai keterangan pewatas yang tidak didahului preposisi
2. Predikat (tindakan)
Predikatadalah kata yang menuju kepada suatu tindakan oleh subjek.
Ciri-ciri predikat:
- Jawaban atas pertanyaan Mengapa atau Bagaimana
- Kata AdalahdanIalahdapatberupapredikat
- Dapat diingkarkan ( didahului kata tidak, bukan, ataumerupakan)
- Dapat disertai kata-kata aspekataumodalitas (telah, sedang, sudah, ingin, mau)
- Predikatdapatberupa Kata (verba, adjektiva, ataunomina) danFrasa ( frasa verbal, adjectival, nominal, ataubilangan ).
3. Objek(sasaran )
Unsur kalimat ini bersifat wajib dalam susunan kalimat aktiftransitif yaitu kalimat yang sedikitnya mempunyai tiga unsure utama, subjek, predikat, dan objek.
1. Subjek (pelaku)
Subjek adalah pelaku dari suatu tindakan. Ciri-ciri subjek :
- Jawaban atas pertanyaan apa dan siapa
- Disertai kata itu
- Dapat berupa nomina, verba, atau adjektiva
- Didahului kata bahwa
- Mempunyai keterangan pewatas yang tidak didahului preposisi
2. Predikat (tindakan)
Predikatadalah kata yang menuju kepada suatu tindakan oleh subjek.
Ciri-ciri predikat:
- Jawaban atas pertanyaan Mengapa atau Bagaimana
- Kata AdalahdanIalahdapatberupapredikat
- Dapat diingkarkan ( didahului kata tidak, bukan, ataumerupakan)
- Dapat disertai kata-kata aspekataumodalitas (telah, sedang, sudah, ingin, mau)
- Predikatdapatberupa Kata (verba, adjektiva, ataunomina) danFrasa ( frasa verbal, adjectival, nominal, ataubilangan ).
3. Objek(sasaran )
Unsur kalimat ini bersifat wajib dalam susunan kalimat aktiftransitif yaitu kalimat yang sedikitnya mempunyai tiga unsure utama, subjek, predikat, dan objek.
Ciri-ciriobjek:
- Langsung di belakang predikat
- Dapat menjadi subjek kalimat pasif
- Tidak didahului preposisi
- Didahului kata Bahwa
- Langsung di belakang predikat
- Dapat menjadi subjek kalimat pasif
- Tidak didahului preposisi
- Didahului kata Bahwa
4. Pelengkap
Pelengkap tidak menjadi subjek dalam
kalimat pasif.Jika terdapat objek dan pelengkap dalam kalimat aktif, objeklah
yang menjadi subjek kalimat pasif, bukan pelengkap.Ciri-ciri pelengkap:
- Di belakang predikat.
objek langsung di belakang predikat, sedangkan pelengkap masih dapat disisipi unsur lain, yaitu objek.Contoh: buku baru, sepeda baru.
- Tidak didahului preposisi.
Unsur kalimat yang didahului preposisi disebut keterangan.
- Di belakang predikat.
objek langsung di belakang predikat, sedangkan pelengkap masih dapat disisipi unsur lain, yaitu objek.Contoh: buku baru, sepeda baru.
- Tidak didahului preposisi.
Unsur kalimat yang didahului preposisi disebut keterangan.
C. Pola Kalimat Dasar
Kalimat dasar dapat dibedakan menjadi delapan tipe, yaitu:
1. Kalimat dasar berpola SPOK
Kalimat dasar dapat dibedakan menjadi delapan tipe, yaitu:
1. Kalimat dasar berpola SPOK
contoh : Ayah
membaca koran di kamar tengah
Ayah sebagai S, mebaca sebagai P,koran
sebagai O, di kamar tengah sebagai K
2. Kalimat dasar berpola SPO Pel
2. Kalimat dasar berpola SPO Pel
contoh :ibu membelikan adik mainan
ibu sebagai S, membelikan sebagai P,
adik sebagai O, mainan sebagai pel
3. Kalimat dasar berpola SPO
contoh :Dosen mengajar mahasiswa
Dosen sebagai S, mengajar sebagai P, mahasiswa sebagai O
4. Kalimat dasar berpola SP Pel
contoh :Dia member semnagat
Dia sebagai S, memeberi sebagai P, semangat sebagai Pel
5. Kalimat dasar berpola SPK
contoh :Dosen kami akan di kirim ke Australia
Dosen kami sebagai S, akan di kirimkan sebagai P, ke Australia sebagai K
6. Kalimat dasar berpola SP (P: verba)
contoh : Kami belajar
3. Kalimat dasar berpola SPO
contoh :Dosen mengajar mahasiswa
Dosen sebagai S, mengajar sebagai P, mahasiswa sebagai O
4. Kalimat dasar berpola SP Pel
contoh :Dia member semnagat
Dia sebagai S, memeberi sebagai P, semangat sebagai Pel
5. Kalimat dasar berpola SPK
contoh :Dosen kami akan di kirim ke Australia
Dosen kami sebagai S, akan di kirimkan sebagai P, ke Australia sebagai K
6. Kalimat dasar berpola SP (P: verba)
contoh : Kami belajar
Kami sebagai S, belajar sebagai P
7. Kalimat dasar berpola SP (P: Nomina)
contoh : kami mahasiswa
7. Kalimat dasar berpola SP (P: Nomina)
contoh : kami mahasiswa
Kami sebagai S, mahasiswa sebagai
P
8. Kalimat dasar berpola SP (P: Adjektiva)
contoh :Ilmuwan Hebat.
ilmuwan sebagai S, Hebat sebagai P.
8. Kalimat dasar berpola SP (P: Adjektiva)
contoh :Ilmuwan Hebat.
ilmuwan sebagai S, Hebat sebagai P.
D.
Macam-macam Kalimat berdasarkan Kalimat
Tunggal dan Kalimat Majemuk
a. Kalimat tunggal
Kalimat tunggal adalah kalimat yang hanya terdiri atas dua unsure inti dan boleh diperluas dengan satu atau lebih unsur-unsur tambahan, Asal unsur-unsur tambahan itu tidak boleh membentuk pola baru.
Kalimat tunggal adalah kalimat yang hanya terdiri atas dua unsure inti dan boleh diperluas dengan satu atau lebih unsur-unsur tambahan, Asal unsur-unsur tambahan itu tidak boleh membentuk pola baru.
b. Kalimat majemuk
Adalah kalimat yang terdiri dari dua klausa atau lebih.Minimal satu klausa yang terdiri dari subjek dan predikat.
Pada umumnya, kalimat majemuk dibagi menjadi :
Adalah kalimat yang terdiri dari dua klausa atau lebih.Minimal satu klausa yang terdiri dari subjek dan predikat.
Pada umumnya, kalimat majemuk dibagi menjadi :
a. Kalimat majemuk setara
Adalah kalimat majemuk yang pola kalimatnya memiliki kedudukan yang sama .
Adalah kalimat majemuk yang pola kalimatnya memiliki kedudukan yang sama .
b. Kalimat majemuk bertingkat
Adalah kalimat majemuk yang terdiri dari induk kalimat dan anak kalimat.
Adalah kalimat majemuk yang terdiri dari induk kalimat dan anak kalimat.
c. Kalimat majemuk campuran
Adalah kalimat majemuk hasil gabungan kalimat majemuk setara dan kalimat majemuk bertingkat.
d. Kalimat majemuk rapatan
Adalah gabungan beberapa kalimat tunggal yang karena subjek dan predikatnya sama, maka bagian yang sama hanya disebutkan sekali.
Adalah kalimat majemuk hasil gabungan kalimat majemuk setara dan kalimat majemuk bertingkat.
d. Kalimat majemuk rapatan
Adalah gabungan beberapa kalimat tunggal yang karena subjek dan predikatnya sama, maka bagian yang sama hanya disebutkan sekali.
Kalimat
Efektif
A.
Pengertian Kalimat Efektif
Kalimat efektif adalah kalimat yang
dapat mengungkapkan gagasan penutur/penulisnya secara tepat sehingga dapat
dipahami oleh pendengar/pembaca secara tepat pula.
B. Unsur-unsur Kalimat Efektif
Unsur kalimat adalah fungsi sintaksis yang dalam buku-buku
tata bahasa Indonesia lama lazim disebut jabatan kata dan kini disebut peran
kata dalam kalimat, yaitu subjek (S), predikat (P), objek (O), pelengkap (Pel),
dan keterangan (Ket). Kalimat bahasa Indonesia baku sekurang-kurangnya terdiri
atas dua unsur, yakni subjek dan predikat. Unsur yang lain (objek, pelengkap,
dan keterangan) dalam suatu kalimat dapat wajib hadir, tidak wajib hadir, atau
wajib tidak hadir.
a.
Subjek (S)
Subjek
(S) adalah bagian kalimat menunjukkan pelaku, tokoh, sosok (benda), sesuatu
hal, suatu masalah yang menjadi pangkal/pokok pembicaraan.Subjek biasanya diisi
oleh jenis kata/frasa benda (nominal), klausa, atau frasa verbal.
b.
Predikat (P)
Predikat
(P) adalah bagian kalimat yang memberitahu melakukan (tindakan) apa atau dalam
keadaan bagaimana subjek (pelaku/tokoh atau benda di dalam suatu kalimat).
Selain memberitahu tindakan atau perbuatan subjek (S), P dapat pula menyatakan
sifat, situasi, status, ciri, atau jatidiri S. termasuk juga sebagai P dalam
kalimat adalah pernyataan tentang jumlah sesuatu yang dimiliki oleh S.
c.
Objek (O)
Objek (O) adalah bagian kalimat yang melengkapi P. objek
pada umumnya diisi oleh nomina, frasa nominal, atau klausa.Letak O selalu di
belakang P yang berupa verba transitif, yaitu verba yang menuntut wajib
hadirnya O, seperi pad
d. Pelengkap (pel)
Pelengkap (P) atau komplemen adalah bagian kalimat yang
melengkapi P. letak Pelengkap umumnya di belakang P yang berupa verba. Posisi
seperti itu juga ditempati oleh O, dan jenis kata yang mengisi Pel dan O juga
sama, yaitu dapat berupa nomina, frasa nominal, atau klausa.
e. Keterangan (ket)
Keterangan (Ket) adalah bagian kalimat yang menerangkan
berbagai hal mengenai bagian kalimat yang lainnya.Unsur Ket dapat berfungsi
menerangkan S, P, O, dan Pel.Posisinya bersifat bebas, dapat di awal, di
tengah, atau di akhir kalimat.Pengisi Ket adalah frasa nominal, frasa
preporsisional, adverbia, atau klausa.
C. Ciri-ciri Kalimat Efektif
Untuk dapat mencapai keefektifan, suatu kalimat harus
memenuhi paling tidak enam syarat berikut, yaitu adanya:
a.
Kesepadanan
Yang
dimaksud dengan kesepadanan ialah keseimbangan
antara pikiran (gagasan) dan struktur bahasa yang dipakai.Kesepadanan kalimat
ini diperlihatkan oleh kesatuan gagasan yang kompak dan kepaduan pikiran yang
baik.
Kesepadanan kalimat itu memiliki beberapa ciri, seperti tercantum di bawah ini:
Kesepadanan kalimat itu memiliki beberapa ciri, seperti tercantum di bawah ini:
-
Kalimat itu mempunyai subjek dan
predikat dengan jelas.
Ketidakjelasan
subjek atau predikat suatu kalimat tentu saja membuat kalimat itu tidak
efektif. Kejelasan subjek dan predikat suatu kalimat dapat dilakukan dengan
menghindarkan pemakaian kata depan di, dalam bagi untuk, pada, sebagai,
tentang, mengenai, menurut, dan sebagainya di depan subjek.
Tema
A.
Pengertian Tema
Tema
berasal dari bahasa Yunani “thithenai”, berarti sesuatu yang telah diuraikan
atau sesuatu yang telah ditempatkan. Tema merupakan amanat utama yang
disampaikan oleh penulis melalui karangannya. Dalam karang mengarang, tema
adalah pokok pikiran yang mendasari karangan yang akan disusun. Dalam tulis
menulis, tema adalah pokok bahasan yang akan disusun menjadi tulisan. Tema ini
yang akan menentukan arah tulisan atau tujuan dari penulisan artikel itu.
Menentukan tema berarti menentukan apa masalah sebenarmya yang akan ditulis
atau diuraikan oleh penulis.
Tema
merupakan persoalan utama yang diungkapkan oleh pengarang dalam sesebuah karya
kesusteraan seperti cerpen atau novel. Biasanya tema diolah berdasarkan sesuatu
motif tertentu yang terdiri dari pada objek, peristiwa kejadian dan sebagainya.
Ada
pendapat lain yang mengatakan bahawa tema sebagai satu gagasan, pikiran atau
persoalan utama yang mendasari sesebuah karya sastra dan terungkap secara
langsung (eksplisit) atau tidak langsung (implisit). Tema dalam sesebuah cerita
tidak dapat dilihat sepenuhnya sehingga cerita itu selesai dibaca. Selain itu,
tema dapat dikesan melalui: perwatakan watak-watak dalam sesebuah cerita, peristiwa,
kisah, suasana dan unsur lain seperti nilai-nilai kemanusian dan kemasyarakatan
yang terdapat dalam cerita. Persoalan-persoalan yang disungguhkan dan kemudian
mendapatkan pokok persoalannya secara keseluruhan. cerita diselesaikan,
semuanya menentukan rupa tema yang dikemukakan oleh pengarang.
B.
Syarat-syarat Tema yang Baik
1.
Tema menarik perhatian penulis.
Dapat membuat seorang penulis berusaha terus-menerus
untuk membuat tulisan atau karangan yang berkaitan dengan tema tersebut.
2.
Tema dikenal/diketahui dengan baik.
Maksudnya pengetahuan umum yang berhubungan dengan
tema tersebut sudah dimilki oleh penulis supaya lebih mudah dalam penulisan
tulisan/karangan.
3.
Bahan-bahannya dapat diperoleh.
Sebuh tema yang baik harus dapat dipikirkan apakah
bahannya cukup tersedia di sekitar kita atau tidak. Bila cukup tersedia, hal
ini memungkinkan penulis untuk dapat memperolehnya kemudian mempelajari dan
menguasai sepenuhnya.
4.
Tema dibatasi ruang lingkupnya.
Tema yang terlampau umum dan luas yang mungkin belum
cukup kemampuannya untuk menggarapnya akan lebih bijaksana kalau dibatasi ruang
lingkupnya.
C.
Tema dapat Ditemukan melalui
1. Perwatakan watak-watak dalam sesebuah cerita.
2. Peristiwa,kisah,suasana dan unsur lain seperti
nilai-nilai kemanusian dan kemasyarakatan yang terdapat dalam cerita.
3. Persoalan-persoalan yang disungguhkan dan
kemudian mendapatkan pokok persoalannya secara keseluruhan.
4. Plot cerita.
5. Tema harus Bermanfaat.
6. Tema yang dipilih harus berada disekitar kita.
7. Tema yang dipilih harus yang menarik.
8. Tema yang dipilih ruang lingkup sempit dan
terbatas.
9. Tema yang dipilih memiliki data dan fakta yang
obyektif.
10. Tema yang dipilih harus memiliki sumber acuan.
D.
Sumber-sumber Mendapatkan Tema
Sumber-sumber
untuk menulis sebuah tema datangnya bisa lewat mana saja , kapan saja, dan
dimana saja antara lain yaitu sebagai berikut:
- Sumber
pengalaman kita ataupun orang lain.
- Sumber-sumber
pengamatan.
- Sumber-sumber
imajinasi.
- Dan
hasil dari penalaran kita.
Topik
A.
Pengertian Topik
Topik (bahasa Yunani:topoi) adalah inti utama dari seluruh isi tulisan yang hendak disampaikan atau lebih
dikenal dengan topik pembicaraan.Topik adalah
hal yang pertama kali ditentukan ketika penulis akan membuat tulisan. Topik yang masih awal tersebut,
selanjutnya dikembangkan dengan membuat cakupan yang lebih sempit atau lebih luas. Terdapat beberapa
kriteria untuk sebuah topik yang dikatakan baik, diantaranya adalah topik
tersebut harus mencakup keseluruhan isi tulisan, yakni mampu menjawab pertanyaan akan masalah apa yang hendak ditulis. Ciri utama
dari topik adalah cakupannya atas suatu permasalahan msih bersifat umum dan belum diuraikan secara lebih mendetail.
Topik biasa terdiri dari satu satu dua kata
yang singkat, dan memiliki persamaan serta perbedaan dengan tema karangan. Persamaannya adalah baik
topik maupun tema keduanya samasama dapat dijadikan sebagai judul karangan. Sedangkan, perbedaannya
ialah topik masih mengandung hal yang umum,sementara tema akan lebih spesifik
dan lebih terarah dalam membahas suatu permasalahan.
Topik
harus ditentukan sebelum mulai menulis sebab aktivitas menulis tidak mungkin
dilakukan tanpa topik.Oleh karena itu, kegiatan pertama yang harus dilakukan
pada tahap prapenulisan ialah memilih topik.
B.
Syarat-syarat Topik yang Baik
Di dalam memilih topik karya ilmiah harus
dipertimbangkan hal-hal berikut:
1. Topik harus bermanfaat dan layak
dibahas. Bermanfaat berarti bahwa pembahasan topikitu akan memberi sumbangan
bagi pengembangan ilmu dan profesi. Lalu layak dibahas berarti bahwa topik
itu memang memerlukan pembahasan dan sesuai dengan bidang yangditekuni,
misalnya: pelestarian sumber daya perairan, angkutan laut, pemakaian
pupuk buatan, dan sebagainya. Akan tetapi topik
jumlah propinsi di Indonesia dan topik lainnyayang mempunyai sifat yang
serupa dinilai tidak layak dibahas.
2. Topik cukup menarik, terutama bagi
penulis. Topik yang demikian dapat
memotivasi penulis berusaha secara kontinu mencari data yang berguna dalam membahas masalahyang
dihadapi dan motivasi penulis menyelesaikan karya
ilmiahnya secara baik. Bagi pembaca, topik yang demikian
mengandung minat untuk menmbacanya.
3. Topik dikenal baik. Ini berarti topik
yang dipilih, harus topik yang dikuasai ataudiketahui penulis sendiri.
Sekurang-kurangnya prinsip-prinsip ilmiahnya dikuasai penulisserba sedikit.
4. Bahan yang diperlukan untuk pembicaraan
topik itu, dapat diperoleh dan cukupmemadai. Artinya sumber-sumber bahan yang
relevan dan memadai dapat diperoleh, baikdari perpustakaan pribadi penulis
maupun dari perpustakaan yang ada di daerah atau dikota penulis.
5. Tidak terlalu luas dan tidak sempit.
Topik yang terlalu luas seperti pendidikan, budaya,tidak memberi kesempatan
kepada penulis untuk membahasnya secara mendalam.Apabila jika panjang karya
ilmiah dibatasi (misalnya, oleh panitia seminar).
Sebaliknya, bila topik terlalu sempit, maka sifatnya terlalu khusus, tidak dapat digeneralisasi,sehingga
tidak banyak gunanya bagi pengembangan ilmu.
C.
Pembatasan sebuah Topik
Topik harus terbatas, pembatasan sebuah topik mencangkup: konsep, variabel, data, lokasi(lembaga) pengumpulan data, dan waktu pengumpulan data.
Topik harus terbatas, pembatasan sebuah topik mencangkup: konsep, variabel, data, lokasi(lembaga) pengumpulan data, dan waktu pengumpulan data.
1. Menetapkan topik dalam keadaan
central.
2. Mengajukan pertanyaan apakah topik baik
dalam keadaan central atau dapat diperinci lagi.
3. Memilih dari rincian tersebut yang akan
ditulis dan diteliti.
4. Mengajukan pertanyaan apakah subtopik
dapat diperinci lebih lanjut atau tidak.
D.
Sumber-sumber mendapatkan Topic yang Baik
Sumber-sumber untuk menulis sebuah topik datangnya
bisa lewat mana saja , antara lain yaitu sebagai berikut:
- Sumber pengalaman
kita ataupun orang lain.
- Sumber-sumber
pengamatan.
- Sumber-sumber
imajinasi.
- Dan hasil dari
penalaran kita.
Judul
A.
Pengertian Judul
Judul
adalah perincian atau penjabaran dari topik. Judul lebih spesifik dan sering
telah menyiratkan permasalahan atau variabel yang akan dibahas. Judul juga
merupakan nama yang dipakai untuk buku, bab dalam buku, kepala berita, dan
lain-lain; identitas atau cermin dari jiwa seluruh karya tulis, bersipat
menjelaskan diri dan yang manarik perhatian dan adakalanya menentukan wilayah
(lokasi). Dalam artikel judul sering disebut juga kepala tulisan.
Ada
yang mendefinisikan Judul adalah lukisan singkat suatu artikel atau disebut
juga miniatur isi bahasan. Judul hendaknya dibuat dengan ringkas, padat dan
menarik. Judul artikel diusahakan tidak lebih dari lima kata, tetapi cukup
menggambarkan isi bahasan. Judul tidak harus sama dengan topik. Jika topik
sekaligus menjadi judul, biasanya karangan akan bersifat umum dan ruang
lingkupnya sangat luas. Judul dibuat setelah selesai menggarap tema, shingga
bisa terjamin bahwa judul itu cocok dengan temanya. Sebuah judul yang baik akan
merangsang perhatian pembaca dan akan cocok dengan temanya.
Judul
hanya menyebut ciri-ciri yang utama atau yang terpenting dari karya itu,
sehingga pembaca sudah dapat membayangkan apa yang akan diuraikan dalam karya
itu. Ada judul yang mengungkapkan maksud pengarang, misalnya dalam sebuah
laporan eksposisi, contohnya : “Suatu Penelitian tentang Korelasi antara
Kejahatan Anak-anak dan Tempat Kediaman yang Tidak Memadai.
B.
Fungsi Judul
• Merupakan
identitas atau cermin dari jiwa seluruh tulisan.
• Temanya
menjelaskan diri dan menarik sehingga mengundang orang untuk
membaca isinya.
• Gambaran
global tentang arah, maksud, tujuan, dan ruang lingkupnya.
• Relevan
dengan seluruh isi tulisan, maksud masalah, dan tujuannya.
C.
Syarat-syarat Pembuatan Judul
yang Baik
• Harus
relevan = Mempunyai keterkaitan dengan temanya atau bagian-bagian penting dari
tema.
• Harus
provokatif = Menarik sedemikian rupa sehingga menimbulkan rasa ingin tahu tiap
pembaca terhadap isi tulisan.
• Harus
singkat = Tidak boleh mengambil kalimat atau frasa yang panjang, tetapi harus
berbentuk kata atau rangkaian kata yang singkat. Jika penulis tidak dapat
menghindari judul yang panjang, maka dapat menggunakan solusi dengan membuat
judul utama yang singkat, tetapi dengan judul tambahan yang panjang.
• Harus
asli = Jangan menggunakan judul yang sudah pernah dipakai.
• Harus
berbentuk frasa.
• Tanpa
ada singkatan atau akronim.
• Awal
kata harus huruf kapital, kecuali preposisi dan konjungsi.
• Tanpa
tanda baca di akhir judul.
• Menarik.
• Logis.
• Sesuai
dengan isi.
D.
Pengertian Judul Langsung dan Tidak Langsung
Judul langsung :
Judul yang erat kaitannya dengan bagian utama berita, sehingga hubungannya
dengan bagian utama berita terlihat jelas.
Judul tak
langsung : Judul yang hubungannya tidak langsung dengan bagian utama berita,
tetapi tetap menjiwai seluruh isi tulisan.
Alinea
A. Pengertian
Alinea
Dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi ke-3, dari terbitan Departemn Pendidikan
Nasional tertera penjelasan bahwa alinea adalah bagian wacana yang
mengungkapkan suatu pikiran yang lengkap atau satu tema yang dalam ragam tulis
ditandai oleh baris pertama yang menjorok kedalam atau jarak spasi yang lebih.
Dalam kamus tersebut alinea diartikan pula sebagai paragraf.
Sumber
lain mengatakan bahwa Alinea atau Paragraf adalah seperangkat kalimat yang
berkaitan satu sama lain, membentuk satu kesatuan untuk mengungkapkan atau
mengemukakan satu gagasan pokok.
Ada
beberapa ciri atu karakteristik alinea antara lain, sebagai berikut:
1) Setiap
alinea mengandung makna, pesan, pikiran, atau ide pokok yang relevan dengan ide
pokok keseluruhan karangan;
2) Alinea
umumnya dibangun oleh sejumlah kalimat;
3) Alinea
adalah satu kesatuan ekspresi pikiran;
4) Alinea
adalah kesatuan yang koheren dan padat.
B. Fungsi
Alinea
Tersirat
beberapa fungsi alinea, yaitu:
1) Sebagai
penampung dari sebagian kecil jalan pikiran atau ide pokok keseluruhan
karangan;
2) Memudahkan
pemahaman jalan pikiran atau ide pokok;
3) Memungkinkan
pengarang melahirkan jalan pikirannya secara sistematis;
4) Mengarahkan
pembaca dalam mengikuti alur pikiran pengarang serta memahaminya;
5) Sebagai
alat penyampai pikiran;
6) Sebagai
penanda pikiran baru dimulai.
Dalam
rangka keseluruhan karangan, alinea sering juga digunakan sebagi pengantar,
transisi atu peralihan dari satu bab ke bab lainnya. Bahkan, tidak jarang
alinea digunakan sebagai penutup. Di sini, alinea berfungsi sebagai pengantar,
transisi, dan konklusi. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa alinea
berfungsi sebagai berikut :
1) Sebagai
penampung dari sebagian kecil jala pikiran atau ide pokok keseluruhan karangan
.
2) Memudahkan
pemahaman jalan pikiran atau ide pokok pengarang.
3) Alat
bagi pengarang untuk mengembangkan jalan pikirn secara sistematis.
4) Pedoman
bagi pembaca untuk mengikuti dan memahami alur pikiran pengarang.
5) Sebagai
penyampai pikiran atau ide pokok pengarang kepada pembaca.sebagai penanda bahwa
piiran baru dimulai
6) Dalam
rangka keseluruhan karangan,alinea dapat berfungsi sebagi
pengantar,transisi,dan penutup (konklusi).
C. Unsur-unsur
Alinea
Alinea
adalah satu kesatuan ekspresi yang terdiri atas seperangkat kalimat yang
dipergunakan oleh pengarang sebagai alat untuk menyatakan dan menyampaikan
jalan pikirannya kepada para pembaca. Supaya pikiran tersebut dapat diterima
oleh pembaca, alinea harus tersusun secara logis-sistematis. Alat bantu untuk
menciptakan susunan logis-sistematis itu adalah unsur-unsur penyusun alinea,
yaitu:transisi (transition), kalimat topik (topic sentence),kalimat pengembang
(development sentence), dan kalimat penegas (punch-line).
Keempat
unsur penyusun alinea tersebut, terkadang muncul secara bersamaan,
terkadang pula hanya sebagian yang muncul dalam sebuah alinea. Berikut adalah
pembagiannya:
1) Alinea
yang Memiliki Empat Unsur
Susunan
alinea jenis ini terdiri atas :
a. Tarnsisi
(berupa kata, kelompok kata, atau kalimat);
b. Kalimat
topik;
c. Kalimat
pengembang;
d. Kalimat
penegas.
2) Alinea
yang Memiliki Tiga Unsur
Alinea
jenis ini terdiri atas :
a. Transisi
(berupa kata,kelompok kata,atau kalimat);
b. Kalimat
topik;
c. Kalimaat
pengembang.
3) Alinea
yang Memiliki Dua Unsur
Alinea
jenis ini terdiri atas :
a. Kalimat
topik;
b. Kalimat
pengembang.
Dari
sebuah karya tulis tentu dibutuhkan beberapa alinea untuk menjadikannya
sempurna, sehingga dibutuhkan penghubung antar alinea satu dengan alinea
berikutnya. Berikut adalah bentuk-bentukya:
1) Transisi
(mata rantai penghubung)
Transisi
berfungsi sebagai penghubung jalan pikiran dua alinea yang berdekatan.
Tarnsisi
tidak harus selalu ada dalam setiap alinea. Kehadiran transisi dalam alinea
bergantung pada pertimbangan pengarang. Bila pengarang merasa perlu ada
tarnsisi demi kejelasan informasi, transisi wajar ada. Sebaliknya, bila
pengarang bisa mengekspresikan ide pokoknya dengan jernih tanpa transisi,
transisi tidak perlu hadir dalam alinea tersebut.
2) Kalimat
Topik
Ada
berbagai istilah yang sama maknanya dengan kalimat topik. Dalam bahasa inggris,
kita mengenal istilah-istilah, major point, main idea, central idea, dan
topic sentence. Keempat-empatnya bermakna sama mengacu kepada pengertian
kalimat topik. Dalam bahasa Indonesia, kita pun mengenal istilah-istilah,
seperti pikiran utama, pokok pikiran, ide pikiran, dan kalimat pokok. keempat-empatnya
juga mengandung makna yang sama, yaitu mengacu pada kalimat topik.
Kalimat
topik adalah perwujudan pernyataan ide pokok alinea dalam bentuk umum atau
abstrak.
Contoh: Sial
benar saya hari ini.
Menyatakan
kesialan seseorang. Kesialan tersebut baru berupa pernyataan abstrak yang harus
diuraikan kedalam contoh-contoh yang konkret.
3) Kalimat
Pengembang
Sebagian
besar, kalimat-kalimat yang terdapat dalam suatu alinea termasuk kalimat
pengembang.
Susunan
kalimat pengembang tidak sembarangan. Urutan kalimat pengembang sebagai
perluasan pemaparan ide pokok yang bersifat abstrak menuruti hakikat ide pokok.
Pengembangan kalimat topic yang bersifat kronologis, biasanya menyangkut
hubungan antara benda atau kejadian dan waktu. Urutannya masa lalu, kini, dan
yang akan datang.
Bila
pengembangan kalimat topik berhubugan dengan jarak (spacial), hal ini biasanya
menyangkut hubungan antara benda, peristiwa atau hal, dan ukuran jarak. Bila
pengembangan kalimat topik berhubungan dengan sebab akibat, kemungkinan
urutannya sebab dinyatakan lebih dahulu, lalu diikuti akibatya. Penyusunan
urutan kalimat pengembang yang berdasarkan urutan nomornya dimulai dari
kejadian pertama, kedua, ketiga, dan seterusnya.
4)
Kalimat Penegas
Kalimat
penegas adalah elemen alinea yang keempat dan terakhir.Elemen pertama adalah
transisi,elemen kedua adalah kalimat topik,dan elemen ketiga adalah kalimat
pengembang.
Fungsi
kalimat penegas ada dua.Pertama,kalimat penegas sebagai pengulang atau penegas
kembali kalimat topik.Kedua,kalimat penegas sebagia daya penarik bagi para
pembaca atu sebagai selingan untuk menghilangkan kejemuan.
Kedudukan
kalimat penegas dalam suatu alinea tidak bersifat mutlak.Kalimat penegas ada
bila pengarang merasa memerlukannya untuk menujang kejelasan informasi.Kalimat
penegas tidak ada bila pengarang memandang kehadirannya tidak diperlukan.Selain
itu,kalimat penegas tidak ada bila pengarangmerasa kejelasan informasi tidak
terganggi tanpa adanya kalimat penegas.
Bila
kita perbandingkan kedudukan kalimat penegas dengan kedudukan kalimat topik dan
kalimat pengembang,terdapat beberapa persamaan da beberapa perbedaan.Jumlah
kaliamat penegas dan kalimat topik sama.Makna yang terkandung dalam kalimat
penegas dan kalimat topic kurang lebih sama,tetapi mungkin diutarakan cengan
redaksi yang berbeda.
Eksistensi
kalimat penegas tidak mutlak dalam suatu alinea,sedang eksistensikalimat topik
dan kalimat pengembang bersifat mutlak dalam setiap alinea.Makna yang
terkandung dalam kalimat penegas dan kalimat topik bersifat konkret sebagai
penjabaran dari makna kalimat penegas dan kalimat topik.
D. Jenis-Jenis
Alinea
Berdasarkan
penempatan ide pokok pada alinea, dapat ditentukan jenis alinea yang akan
dibuat, yaitu sebagai berikut:
1) Alinea
deduktif
Apabila
ide pokok di tempatkan pada bagian awal alinea,maka alinea ini disebut
deduktif.
2) Alinea
induktif
Apabila
ide pokoknya ditempatkan pada bagian akhir,maka alinea ini disebut induktif.
3) Alinea
campuran
Alinea
yang ide pokoknya secara simultan ditempatkan pada bagian awal dan akhir
disebut alinea campuran. Biasanya ide yang terdapat pada bagian akhir merupakan
pengulangan ide yang terdapat pada bagian awal.
4) Alinea
deskriptif
Pada
jenis alinea ini ide pokok tidak ditempatkan pada salah satu kalimat yang
membangun alinea karena tidak ada satu pun yang lebih penting daripada ide
lainnya.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Variasi
bahasa yaitu bentuk-bentuk
bagian atau varian dalam bahasa yang masing-masing memiliki pola-pola yang menyerupai
pola umum bahasa induknya. Sedangkan
jenisnya menurut Chaer dan Agustina (1995:62), dapat dibedakan menjadi yaitu
dari segi penutur, pemakaian, keformalan, dan sarana.
Kalimat merupakan gabungan dari dua
buah kata atau lebih yang menghasilkan suatu pengertian dan pola intonasi akhir,
yang terdiri Subjek (pelaku), Predikat
(tindakan), Objek(sasaran ), Pelengkap.
Kalimat efektif adalah kalimat yang
dapat mengungkapkan gagasan penutur/penulisnya secara tepat sehingga dapat
dipahami oleh pendengar/pembaca secara tepat pula, yang terdiri Subjek (pelaku), Predikat (tindakan), Objek(sasaran
), Pelengkap.
B. Saran
Gunakanlah
bahasa Indonesia yang baik dan benar sesuai aturan dan kaidah yang berlaku,
meskipun sudah banyak modifikasi yang terjadi dalam perkembangan bahasa saat
ini, namun kita harus tetap mempertahankan karakteristik bahasa Indonesia yang
dikenal kaya akan makna serta tetap santun.
15
DAFTAR PUSTAKA
Anshari, Abdullah
Dola, Ahyar Anwar, Akmal Hamsa, Salam, Juanda, Ramly, Mayong Maman, Azis,
Nensilianti, Idawati, Helena, Nurwaty Syam, Asia, Suarni Syamsaguni, Muhammad
Rapi, Achmad Tollo, Muhammad, Johar amir, sulastriningsih, A. wardihan,
Syamsudduha, Kembong Daeng, Enung Maria, Taufik, Usman, Bachtiar Syamsuddin,
Andi Fatimah Yunus, Hajrah, dan Faisal. 2013. Mata Kuliah Pengenbangan Kepribadian Bahasa Indonesia. Badan
pengembangan bahasa dan sastra indonesia dan daerah fakultas bahasa dan sastra
universitas negeri makassar
Faisol,
Muhammad. 2012. Pengertian Bahasa
Indonesia Ilmiah. Arikel Online. (http://ishals.student.umm.ac.id/2012/02/03/pengertian-bahasa-indonesia-ilmiah) diakses pada 7 maret 2013.
Puspandari,
Dyas. 2008. Bahasa Indonesia Hand Book (Sifat Ragam Bahasa Ilmu).
Bandung : Polytechnic Telkom.
8.
16