Sabtu, 11 Oktober 2014

Makalah Bahasa Indonesia Ragam bahasa, kalimat dasar,dan kalimat efektif





BAB I
PENDAHULUAN
A.      Latar belakang
Bahasa adalah alat untuk berkomunikasi yang digunakan manusia dengan sesama anggota masyarakat lainnya. Bahasa itu berisi pikiran, keinginan, atau perasaan yang ada pada diri si penulis. Bahasa yang digunakan itu hendaklah dapat mendukung maksud secara jelas agar apa yang dipikirkan, diinginkan, atau dirasakan itu dapat diterima oleh pendengar atau pembaca. Jika kita perhatikan penggunaan bahasa Indonesia di dalam masyarakat sangat bervariasi baik di kalangan dewasa, remaja, dan anak-anak. Karena telah mengalami perubahan yang cukup signifikan seiring dengan perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi dan semakin tingginya tingkat pergaulan remaja. Kemudian dari hal tersebut lahirlah bahasa pergaulan yang biasa disebut bahasa gaul seperti elo, gue, tau, cewek, dan sebagainya.
Banyaknya penyimpangan-penyimpangan penggunaan bahasa yang tidak sesuai dengan aturan baku dalam penulisan.
Berdasarkan uraian diatas, maka makalah ini membahas mengenai ragam bahasa Indonesia dan pola dasar kalimat berdasarkan kaidah-kaidah yang berlaku.
Dalam konteks tersebut yang menentukan ragam bahasa Indonesia yang digunakan. Terdapat berbagai macam ragam bahasa Indonesia, misalnya saja seseorang yang menggunakan bahasa Indonesia dalam orasi politik menggunakan ragam bahasa yang berbeda dari orang lain yang menggunakannya untuk menyampaikan bahan ajar kuliah (Anshari dkk, 2013:41).
Pembahasan lebih lanjut dalam tulisan ini lebih mengkhusus pada bahasa Indonesia ragam ilmiah. Mahasiswa disadarkan bahwa dalam dunia akademik/ilmiah, ragam bahasa Indonesia yang digunakan adalah ragam ilmiah, yang memiliki ciri khas: cendikia, lugas dan jelas, menghindari kalimat fragmentaris, bertolak dari gagasan, formal dan objektif, ringkas dan padat, dan konsisten. (Anshari dkk, 2013:41).


Pada dasarnya ragam bahasa dibagi menjadi tiga yaitu ragam ilmiah, ragam semi ilmiah dan ragam non-ilmiah. Perbedaan itu terletak dari fakta yang disajikan oleh masing-masing jenis ragam, selain itu tata cara penulisan dari masing-masing jenis ragam sangat berbeda. Dimana ragam ilmiah lebih berdasarkan sistematika penulisan dan fakta yang didapatkan dengan cara observasi, sedangkan ragam semi ilmiah lebih kepada fakta pribadi, sedangkan ragam non-ilmiah tidak didukung oleh fakta yang umum.
Dalam penulisan ragam bahasa hendaknya didukung oleh rangkaian kata yang dapat mengungkapkan gagasan, pikiran, atau perasaan itu yang dinamakan kalimat. Kalimat yang kita gunakan sesungguhnya, semua kalimat yang kita gunakan berasal dari beberapa pola kalimat dasar saja yang dapat kita kembangkan sesuai kebutuhan kita.
Dalam penulisan ragam bahasa yang baik dan benar juga harus memperhatikan keefektifan kalimat yang digunakan agar si pembaca dapat mengerti apa yang dituliskan. Kalimat yang dapat mencapai sasarannya secara baik disebut dengan kalimat efektif.
Kalimat efektif  adalah kalimat yang dapat mengungkapkan gagasan pemakainya secara tepat dan dapat dipahami oleh pembaca secara tepat pula. Jika gagasan yang disampaikan sudah tepat, pembaca dapat memahami pikiran tersebut dengan mudah, jelas, dan lengkap seperti apa yang dimaksud oleh penulis.
Berdasarkan uraian diatas, maka makalah ini akan membahas mengenai ragam bahasa, kalimat dasar dan kalimat efektif dengan kaidah kaidah yang berlaku.

 
B.       Rumusan Masalah
1.        Mengapa penggunaan bahasa Indonesia sangat bervariasi?
2.        Apa perbedaan ragam ilmiah,semi ilmiah dan non ilmiah secara rinci?
3.        Bagaimana cara penulisan kalimat dasar dan kalimat efektif?
C.      Tujuan
1.        Untuk mengetahui tentang definisi bahasa Indonesia ragam ilmiah
2.        Untuk mengetahui ciri dan karakteristik bahasa Indonesia ragam ilmiah
3.        Untuk mengetahui cara penulisan tentang kalimat dasar dan kalimat efekif
D.      Manfaat
1.        Sebagai tambahan wawasan tentang bahasa Indonesia ragam bahasa,kalimat dasar dan kalimat efektif serta memahami ciri dan karakteristiknya sehingga dapat diterapkan dalam penggunaanya.
2.        Menambah ketermpilan menulis
3.        Untuk menyesuaikan data dan menulis
4.        Bagi pelajar
Sebagai sarana atau sumber belajar untuk lebih paham tentang ragam ilmiah
Bagi pengajar
Sebagai salah satu rujukan pemberian informasi kepada peserta didik tentang pemahaman ragam ilmiah,kalimat dasar dan kalimat efektif.



 
BAB II
PEMBAHASAN
Ragam Bahasa
A.   Pengertian Bahasa Indonesia Ilmiah
Bahasa Indonesia merupakan bahasa yang digunakan untuk tujuan tertentu dan konteks ini akan menentukan ragam bahasa Indonesia yang harus digunakan juga menjelaskan bahwa bahasa Indonesia ilmiah adalah ragam bahasa Indonesia yang digunakan untuk kegiatan ilmiah oleh kelompok masyarakat terpelajar.

B.    Ciri dan Karakter Bahasa Indonesia Ilmiah
Puspandari (2008:10) mengungkapkan bahwa ragam ilmu memiliki sifat sabagai berikut:
1.    Baku
Ragam bahasa ilmu termasuk ragam bahasa baku. Oleh karena itu, ragam bahasa ilmu mengikuti kaidah-kaidah baku, yakni EYD, dan dalam ragam lisan menggunakan ucapan yang baku, menggunakan kata-kata, struktur frasa, dan kalimat yang baku atau sudah dibakukan.


2.    Denotatif
Kata-kata dan istilah yang digunakan haruslah bermakna lugas, bukan konotatif dan tidak bermakna ganda.
3.    Berkomunikasi dengan pikiran dari pada perasaan
Ragam bahasa ilmu lebih bersifat tenang, jelas, tidak berlebih-lebihan atau hemat, dan tidak emosional.
4.    Kohesif
Agar tercipta hubungan gramatik antara unsur-unsur, baik dalam kalimat maupun dalam alinea, dan juga hubungan antara alinea yang satu dengan alinea yang lainnya bersifat padu maka digunakan alat-alat penghubung, seperti kata-kata penunjuk, dan kata-kata penghubung.
5.    Koheren
Semua unsur pembentuk kalimat atau alinea mendukung satu makna atau ide pokok.
6.    Mengutamakan Kalimat Pasif
Contoh: Penulis melakukan penelitian ini di laboratorium.
Perbaikan: Penelitian ini dilakukan di laboratorium.
7.    Konsisten
Konsisten dalam segala hal, misalnya dalam penggunaan istilah, singkatan, tanda-tanda, dan juga penggunaan kata ganti diri.
8.    Logis
Ide atau pesan yang disampaikan melalui bahasa Indonesia ragam ilmiah dapat diterima akal.

9.    Efektif
Ide yang diungkapkan sesuai dengan ide yang dimaksudkan baik oleh penutur atau oleh penulis, maupun oleh penyimak atau pembaca.
10.  Kuantitatif
Keterangan yang dikemukakan pada kalimat dapat diukur secara pasti.
Dari beberapa sumber yang ada, meyebutkan pengertian variasi bahasa, yaitu bentuk-bentuk bagian atau varian dalam bahasa yang masing-masing memiliki pola-pola yang menyerupai pola umum bahasa induknya.
Ragam bahasa bervariasi disebabkan oleh adanya kegiatan interaksi sosial yang dilakukan oleh masyarakat atau penutur bahasa yang beragam, dan juga oleh para penutur bahasa yang tidak homogen. Variasi bahasa terdapat dua pandangan. Pertama, variasi yang dilihat sebagai akibat adanya keragaman sosial penutur bahasa. Sehingga variasi bahasa terjadi akibat dari adanya keragaman sosial. Kedua, variasi bahasa ada untuk memenuhi fungsinya sebagai alat interaksi dalam kegiatan masyarakat atau penutur bahasa yang beraneka ragam.

C.    Jenis-Jenis Variasi Bahasa
Chaer dan Agustina (1995:62) membedakan variasi bahasa, sebagai berikut:
-          Variasi Bahasa dari Segi Penutur
Variasi bahasa dari segi penutur adalah variasi bahasa yang bersifat individu dan variasi bahasa dari sekelompok individu yang jumlahnya relatif, yang berada pada satu tempat/wilayah atau area (idiolek dan dialek).
·         Idiolek: variasi bahasa yang bersifat perseorangan. Menurut konsep idiolek.
·         Dialek: variasi bahasa dari sekelompok penutur yang jumlahnya relatif, yang berada pada satu tempat, wilayah, atau area tertentu.(dialek areal, dialek regional, dialek geografi).
·         Kronolek atau dialek temporal: variasi bahasa yang digunakan oleh kelompok sosial pada masa tertentu.
·         Sosiolek/dialek sosial: variasi sosial yang berkenaan dengan status, golongan, dan kelas sosial para penuturnya.
-          Variasi Bahasa dari Segi Pemakaian 
 Nababan (dalam Chaer dan Agutina, 1995:68) mengemukakan variasi bahasa berkenaan dengan  penggunaannya, pemakaiannya, atau fungsinya disebut fungsiolek, ragam, atau register.
Berdasarkan pendapat Joos (dalam Chaer dan Agustina, 1995), membedakan variasi bahasa berdasarkan keformalan atas beberapa bagian, yaitu:
·         Ragam beku: variasi bahasa yang paling formal, yang digunakan dalam situasi-
situasi khidmat, dan upacara-upacara resmi.
·          Ragam resmi atau formal: variasi bahasa yang digunakan dalam pidato kenegaraan.
·          Ragam usaha: variasi bahasa yang lazim digunakan dalam pembicaraan dan
 rapat-rapat atau pembicaraan yang berorientasi kepada hasil atau produksi.
·         Ragam santai: variasi bahasa yang digunakan dalam situasi tidak resmi.
·         Ragam akrab: variasi bahasa yang biasa digunakan oleh penutur yang hubungannya
 sudah akrab.
-          Variasi Bahasa dari Segi Sarana
Variasi bahasa ini dilihat dari sarana yang digunakan, yaitu ragam bahasa lisan dan ragam bahasa tulis. Penggunaan ragam bahasa lisan dibantu dengan unsur-unsur suprasegmental, sedangkan ragam bahasa tulis dibantu dengan ejaan termasuk tanda baca.
D.    Macam-macam Ragam Bahasa
a.      Ragam Ilmiah
Ragam ilmiah adalah biasa disebut karya ilmiah, yakni laporan tertulis dan diterbitkan yang memaparkan hasil penelitian atau pengkajian yang telah dilakukan oleh seseorang atau sebuah tim dengan memenuhi kaidah dan etika keilmuan yang dikukuhkan dan ditaati oleh masyarakat keilmuan.


Ciri-cirinya ragam ilmiah :
1.      Objektif, keobjektifan  ini tampak pada setiap fakta dan data yang diungkapkan berdasarkan kenyataan yang sebenarnya.
2.      Netral,kenetralan ini bias terlihat pada setiap pernyataan atau penilaian bebas dari kepentingan.
3.      Sistematis,uraian yang terdapat pada karya ilmiah dikatakan sistematis apabila mengikuti pola pengembangan tertentu.
4.      Logis, kelogisan ini dapat dilihat dari polanalar yang digunakannya, polanalarinduktifataudeduktif.
5.      Menyajikan Fakta,setiappernyataan, uraian, atau simpulan dalam karya ilmiah harus faktual, yaitu menyajikan fakta.
6.      Tidak Pleonastis, kata - kata yang digunakan tidak berlebihan, jelas atau tidak berbelit - belit.
7.      Bahasa yang digunakanbersifat formal dansesuaidengan EYD. 
Jenis ragam ilmiah yaitu paper, pra skripsi,skripsi,thesis,disertasi,laporan hasil penelitian, dan jurnal penelitian.
b.      Ragam  Semi Ilmiah
Karya semi ilmiah adalah karangan ilmu pengatahun yang menyajikan fakta umum dan menurut metodologi penulisan yang baik dan benar, ditulis dengan bahasa konkret, gaya bahasanya formal, dan didukung dengan fakta umum.
Ciri-ciri karangan semi ilmiah atau ilmiah popular, yaitu :
1.      Ditulis berdasarkan fakta pribadi;
2.      Fakta yang disimpulkan subjektif;
3.      Gaya bahasa formal dan popular;
4.      Mementingkan diri penulis;
5.      Melebih-lebihkan sesuatu;
6.      Usulan-usulan bersifat argumentative; dan Bersifat persuasive.
Jenis karangan semi ilmiah yaitu artikel, editorial, opini, tips, reportase, dan resensi buku.Resensi buku adalah bentuk konbinasi antara uraian, ringkasan, dan kritik objektif terhadap sebuah buku.
c.       Ragam  Non Ilmiah
Karya non-ilmiah adalah karangan yang menyajikan fakta pribadi tentang pengetahuan dan pengalaman dalam kehidupan sehari-hari, bersifat subyektif, tidak didukung fakta umum, dan biasanya menggunakan gaya bahasa yang popular atau biasa digunakan (tidak terlalu formal).
Ciri-ciri karya tulis non-ilmiah, yaitu:
1.      Ditulis berdasarkan fakta pribadi,
2.      Fakta yang disimpulkan subyektif,
3.      Gaya bahasa konotatif dan populer,
4.      Tidak memuat hipotesis,
5.      Penyajian dibarengi dengan sejarah,
6.      Bersifat imajinatif,
7.      Situasi didramatisir,
8.      Bersifat persuasif.
9.      Tanpa dukungan bukti.
Jenis-jenis yang termasuk karya non-ilmiah, yaitu dongeng, cerpen, novel,drama,dan roman.

Kalimat Dasar
A.  Pengertian Kalimat
Kalimat adalah satuan bahasa terkecil, dalam wujud lisan atau tulisan yang mengungkapkan pikiran yang utuh.Kalimat merupakan gabungan dari dua buah kata atau lebih yang menghasilkan suatu pengertian dan pola intonasi akhir. Kalimat dasar adalah kalimat yang berisi informasi pokok dalam struktur inti,belum mengalami perubahan unsure seperti panambahan keterangan kalimat atau pun keterangan subjek, predikat, objek, ataupun pelengkap.Perubahan terdapat
B.  Unsur-unsur Kalimat:   
1. Subjek (pelaku) 
Subjek adalah pelaku dari suatu tindakan. Ciri-ciri subjek           :
Jawaban atas pertanyaan apa dan siapa      
- Disertai kata itu  
- Dapat berupa nomina, verba, atau adjektiva      
- Didahului kata bahwa    
- Mempunyai keterangan pewatas yang tidak didahului preposisi    
      

2. Predikat (tindakan)      
Predikatadalah kata yang menuju kepada suatu tindakan oleh subjek.   
Ciri-ciri predikat:              
- Jawaban atas pertanyaan Mengapa atau Bagaimana      
- Kata AdalahdanIalahdapatberupapredikat        
- Dapat diingkarkan ( didahului kata tidak, bukan, ataumerupakan)       
- Dapat disertai kata-kata aspekataumodalitas (telah, sedang, sudah, ingin,        mau)   
- Predikatdapatberupa Kata (verba, adjektiva, ataunomina) danFrasa ( frasa       verbal, adjectival, nominal, ataubilangan ).      
3. Objek(sasaran )
Unsur kalimat ini bersifat wajib dalam susunan kalimat aktiftransitif yaitu kalimat yang sedikitnya mempunyai tiga unsure utama, subjek, predikat, dan objek.       
              Ciri-ciriobjek:
-      Langsung di belakang predikat  
-      Dapat menjadi subjek kalimat pasif       
-      Tidak didahului preposisi           
-      Didahului kata Bahwa
4.      Pelengkap   
Pelengkap tidak menjadi subjek dalam kalimat pasif.Jika terdapat objek dan pelengkap dalam kalimat aktif, objeklah yang menjadi subjek kalimat pasif, bukan pelengkap.Ciri-ciri pelengkap:        
-     Di belakang predikat. 
      objek langsung di belakang predikat, sedangkan pelengkap masih dapat      disisipi unsur lain, yaitu objek.Contoh: buku baru, sepeda baru.   
-     Tidak didahului preposisi.      
      Unsur kalimat yang didahului preposisi disebut keterangan.
C.  Pola Kalimat Dasar        
Kalimat dasar dapat dibedakan menjadi delapan tipe, yaitu:      
1. Kalimat dasar berpola SPOK
     contoh : Ayah membaca koran di kamar tengah
        Ayah sebagai S, mebaca sebagai P,koran sebagai O, di kamar tengah sebagai K     
2. Kalimat dasar berpola SPO Pel 
        contoh :ibu membelikan adik mainan
        ibu sebagai S, membelikan sebagai P, adik sebagai O, mainan sebagai pel   
3. Kalimat dasar berpola SPO       
    contoh :Dosen mengajar mahasiswa      
    Dosen sebagai S, mengajar sebagai P, mahasiswa sebagai O                            
4. Kalimat dasar berpola SP Pel    
    contoh :Dia member semnagat  
    Dia sebagai S, memeberi sebagai P, semangat sebagai Pel                    
5. Kalimat dasar berpola SPK       
    contoh :Dosen kami akan di kirim ke Australia
    Dosen kami sebagai S, akan di kirimkan sebagai P, ke Australia sebagai K     
6. Kalimat dasar berpola SP (P: verba)      
    contoh : Kami belajar
        Kami sebagai S, belajar sebagai P      
7. Kalimat dasar berpola SP (P: Nomina)          
    contoh : kami mahasiswa
        Kami sebagai S, mahasiswa sebagai P           
8. Kalimat dasar berpola SP (P: Adjektiva)          
    contoh :Ilmuwan Hebat.
        ilmuwan sebagai S, Hebat sebagai P.    


D. Macam-macam Kalimat berdasarkan Kalimat Tunggal dan Kalimat Majemuk
a. Kalimat tunggal    
         
Kalimat tunggal adalah kalimat yang   hanya terdiri atas dua unsure inti dan boleh diperluas dengan satu atau lebih unsur-unsur tambahan, Asal unsur-unsur tambahan itu  tidak boleh membentuk pola baru.
b. Kalimat majemuk
      Adalah kalimat yang terdiri dari dua klausa atau lebih.Minimal satu klausa yang           terdiri dari subjek dan predikat.  
Pada umumnya, kalimat majemuk dibagi menjadi :  
a. Kalimat majemuk setara    
Adalah kalimat majemuk yang pola kalimatnya memiliki kedudukan yang sama .
b. Kalimat majemuk bertingkat          
Adalah kalimat majemuk yang terdiri dari induk kalimat dan anak kalimat.
c. Kalimat majemuk campuran                      
Adalah kalimat majemuk hasil gabungan kalimat majemuk setara dan kalimat majemuk bertingkat.          
d. Kalimat majemuk rapatan 
Adalah gabungan beberapa kalimat tunggal yang karena subjek dan predikatnya sama, maka bagian yang sama hanya disebutkan sekali.        


Kalimat Efektif
A.   Pengertian Kalimat Efektif
Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mengungkapkan gagasan penutur/penulisnya secara tepat sehingga dapat dipahami oleh pendengar/pembaca secara tepat pula.
B.   Unsur-unsur Kalimat Efektif
Unsur kalimat adalah fungsi sintaksis yang dalam buku-buku tata bahasa Indonesia lama lazim disebut jabatan kata dan kini disebut peran kata dalam kalimat, yaitu subjek (S), predikat (P), objek (O), pelengkap (Pel), dan keterangan (Ket). Kalimat bahasa Indonesia baku sekurang-kurangnya terdiri atas dua unsur, yakni subjek dan predikat. Unsur yang lain (objek, pelengkap, dan keterangan) dalam suatu kalimat dapat wajib hadir, tidak wajib hadir, atau wajib tidak hadir.
a.             Subjek (S)
Subjek (S) adalah bagian kalimat menunjukkan pelaku, tokoh, sosok (benda), sesuatu hal, suatu masalah yang menjadi pangkal/pokok pembicaraan.Subjek biasanya diisi oleh jenis kata/frasa benda (nominal), klausa, atau frasa verbal.
b.      Predikat (P)
Predikat (P) adalah bagian kalimat yang memberitahu melakukan (tindakan) apa atau dalam keadaan bagaimana subjek (pelaku/tokoh atau benda di dalam suatu kalimat). Selain memberitahu tindakan atau perbuatan subjek (S), P dapat pula menyatakan sifat, situasi, status, ciri, atau jatidiri S. termasuk juga sebagai P dalam kalimat adalah pernyataan tentang jumlah sesuatu yang dimiliki oleh S.
c.      Objek (O)
Objek (O) adalah bagian kalimat yang melengkapi P. objek pada umumnya diisi oleh nomina, frasa nominal, atau klausa.Letak O selalu di belakang P yang berupa verba transitif, yaitu verba yang menuntut wajib hadirnya O, seperi pad
d.      Pelengkap (pel)
Pelengkap (P) atau komplemen adalah bagian kalimat yang melengkapi P. letak Pelengkap umumnya di belakang P yang berupa verba. Posisi seperti itu juga ditempati oleh O, dan jenis kata yang mengisi Pel dan O juga sama, yaitu dapat berupa nomina, frasa nominal, atau klausa.
 e.   Keterangan (ket)
Keterangan (Ket) adalah bagian kalimat yang menerangkan berbagai hal mengenai bagian kalimat yang lainnya.Unsur Ket dapat berfungsi menerangkan S, P, O, dan Pel.Posisinya bersifat bebas, dapat di awal, di tengah, atau di akhir kalimat.Pengisi Ket adalah frasa nominal, frasa preporsisional, adverbia, atau klausa.
C.   Ciri-ciri Kalimat Efektif
Untuk dapat mencapai keefektifan, suatu kalimat harus memenuhi paling tidak enam syarat berikut, yaitu adanya:
a.      Kesepadanan
Yang dimaksud dengan kesepadanan  ialah keseimbangan antara pikiran (gagasan) dan struktur bahasa yang dipakai.Kesepadanan kalimat ini diperlihatkan oleh kesatuan gagasan yang kompak dan kepaduan pikiran yang baik.   
Kesepadanan kalimat itu memiliki beberapa ciri, seperti tercantum di bawah ini:
-          Kalimat itu mempunyai subjek dan predikat dengan jelas.
      Ketidakjelasan subjek atau predikat suatu kalimat tentu saja membuat kalimat itu tidak efektif. Kejelasan subjek dan predikat suatu kalimat dapat dilakukan dengan menghindarkan pemakaian kata depan di, dalam bagi untuk, pada, sebagai, tentang, mengenai, menurut, dan sebagainya di depan subjek.
     

Tema
A.    Pengertian Tema
Tema berasal dari bahasa Yunani “thithenai”, berarti sesuatu yang telah diuraikan atau sesuatu yang telah ditempatkan. Tema merupakan amanat utama yang disampaikan oleh penulis melalui karangannya. Dalam karang mengarang, tema adalah pokok pikiran yang mendasari karangan yang akan disusun. Dalam tulis menulis, tema adalah pokok bahasan yang akan disusun menjadi tulisan. Tema ini yang akan menentukan arah tulisan atau tujuan dari penulisan artikel itu. Menentukan tema berarti menentukan apa masalah sebenarmya yang akan ditulis atau diuraikan oleh penulis.
Tema merupakan persoalan utama yang diungkapkan oleh pengarang dalam sesebuah karya kesusteraan seperti cerpen atau novel. Biasanya tema diolah berdasarkan sesuatu motif tertentu yang terdiri dari pada objek, peristiwa kejadian dan sebagainya.
Ada pendapat lain yang mengatakan bahawa tema sebagai satu gagasan, pikiran atau persoalan utama yang mendasari sesebuah karya sastra dan terungkap secara langsung (eksplisit) atau tidak langsung (implisit). Tema dalam sesebuah cerita tidak dapat dilihat sepenuhnya sehingga cerita itu selesai dibaca. Selain itu, tema dapat dikesan melalui: perwatakan watak-watak dalam sesebuah cerita, peristiwa, kisah, suasana dan unsur lain seperti nilai-nilai kemanusian dan kemasyarakatan yang terdapat dalam cerita. Persoalan-persoalan yang disungguhkan dan kemudian mendapatkan pokok persoalannya secara keseluruhan. cerita diselesaikan, semuanya menentukan rupa tema yang dikemukakan oleh pengarang.
B. Syarat-syarat Tema yang Baik
1. Tema menarik perhatian penulis.
Dapat membuat seorang penulis berusaha terus-menerus untuk membuat tulisan atau karangan yang berkaitan dengan tema tersebut.


2. Tema dikenal/diketahui dengan baik.
Maksudnya pengetahuan umum yang berhubungan dengan tema tersebut sudah dimilki oleh penulis supaya lebih mudah dalam penulisan tulisan/karangan.
3. Bahan-bahannya dapat diperoleh.
Sebuh tema yang baik harus dapat dipikirkan apakah bahannya cukup tersedia di sekitar kita atau tidak. Bila cukup tersedia, hal ini memungkinkan penulis untuk dapat memperolehnya kemudian mempelajari dan menguasai sepenuhnya.
4. Tema dibatasi ruang lingkupnya.
Tema yang terlampau umum dan luas yang mungkin belum cukup kemampuannya untuk menggarapnya akan lebih bijaksana kalau dibatasi ruang lingkupnya.
C. Tema dapat Ditemukan melalui
1. Perwatakan watak-watak dalam sesebuah cerita.
2. Peristiwa,kisah,suasana dan unsur lain seperti nilai-nilai kemanusian dan kemasyarakatan yang terdapat dalam cerita.
3. Persoalan-persoalan yang disungguhkan dan kemudian mendapatkan pokok persoalannya secara keseluruhan.
4. Plot cerita.
5. Tema harus Bermanfaat.
6. Tema yang dipilih harus berada disekitar kita.
7. Tema yang dipilih harus yang menarik.
8. Tema yang dipilih ruang lingkup sempit dan terbatas.
9. Tema yang dipilih memiliki data dan fakta yang obyektif.
10. Tema yang dipilih harus memiliki sumber acuan.

D. Sumber-sumber Mendapatkan Tema
Sumber-sumber untuk menulis sebuah tema datangnya bisa lewat mana saja , kapan saja, dan dimana saja antara lain yaitu sebagai berikut:
-          Sumber pengalaman kita ataupun orang lain.
-          Sumber-sumber pengamatan.
-          Sumber-sumber imajinasi.
-          Dan hasil dari penalaran kita.
Topik
A.    Pengertian Topik
Topik (bahasa Yunani:topoi) adalah inti utama dari seluruh isi tulisan yang hendak disampaikan atau lebih dikenal dengan topik pembicaraan.Topik adalah hal yang pertama kali ditentukan ketika penulis akan membuat tulisan. Topik yang masih awal tersebut, selanjutnya dikembangkan dengan membuat cakupan yang lebih sempit atau lebih luas. Terdapat beberapa kriteria untuk sebuah topik yang dikatakan baik, diantaranya adalah topik tersebut harus mencakup keseluruhan isi tulisan, yakni mampu menjawab pertanyaan akan masalah apa yang hendak ditulis. Ciri utama dari topik adalah cakupannya atas suatu permasalahan msih bersifat umum dan belum diuraikan secara lebih mendetail.
Topik biasa terdiri dari satu satu dua kata yang singkat, dan memiliki persamaan serta perbedaan dengan tema karangan. Persamaannya adalah baik topik maupun tema keduanya samasama dapat dijadikan sebagai judul karangan. Sedangkan, perbedaannya ialah topik masih mengandung hal yang umum,sementara tema akan lebih spesifik dan lebih terarah dalam membahas suatu permasalahan.
Topik harus ditentukan sebelum mulai menulis sebab aktivitas menulis tidak mungkin dilakukan tanpa topik.Oleh karena itu, kegiatan pertama yang harus dilakukan pada tahap prapenulisan ialah memilih topik.




B.     Syarat-syarat Topik yang Baik
Di dalam memilih topik karya ilmiah harus dipertimbangkan hal-hal berikut:
1.      Topik harus bermanfaat dan layak dibahas. Bermanfaat berarti bahwa pembahasan topikitu akan memberi sumbangan bagi pengembangan ilmu dan profesi. Lalu layak dibahas berarti bahwa topik itu memang memerlukan pembahasan dan sesuai dengan bidang yangditekuni, misalnya: pelestarian sumber daya perairan, angkutan laut, pemakaian pupuk buatan, dan sebagainya. Akan tetapi topik jumlah propinsi di Indonesia dan topik lainnyayang mempunyai sifat yang serupa dinilai tidak layak dibahas.
2.      Topik cukup menarik, terutama bagi penulis. Topik yang demikian dapat memotivasi penulis berusaha secara kontinu mencari data yang berguna dalam membahas masalahyang dihadapi dan motivasi penulis menyelesaikan karya ilmiahnya secara baik. Bagi pembaca, topik yang demikian mengandung minat untuk menmbacanya.
3.      Topik dikenal baik. Ini berarti topik yang dipilih, harus topik yang dikuasai ataudiketahui penulis sendiri. Sekurang-kurangnya prinsip-prinsip ilmiahnya dikuasai penulisserba sedikit.
4.      Bahan yang diperlukan untuk pembicaraan topik itu, dapat diperoleh dan cukupmemadai. Artinya sumber-sumber bahan yang relevan dan memadai dapat diperoleh, baikdari perpustakaan pribadi penulis maupun dari perpustakaan yang ada di daerah atau dikota penulis.
5.      Tidak terlalu luas dan tidak sempit. Topik yang terlalu luas seperti pendidikan, budaya,tidak memberi kesempatan kepada penulis untuk membahasnya secara mendalam.Apabila jika panjang karya ilmiah dibatasi (misalnya, oleh panitia seminar). Sebaliknya, bila topik terlalu sempit, maka sifatnya terlalu khusus, tidak dapat digeneralisasi,sehingga tidak banyak gunanya bagi pengembangan ilmu.


C.    Pembatasan sebuah Topik        
Topik harus terbatas, pembatasan sebuah topik mencangkup: konsep, variabel, data, lokasi(lembaga) pengumpulan data, dan waktu pengumpulan data.

1.      Menetapkan topik dalam keadaan central. 
2.      Mengajukan pertanyaan apakah topik baik dalam keadaan central atau dapat diperinci lagi.
3.      Memilih dari rincian tersebut yang akan ditulis dan diteliti.
4.      Mengajukan pertanyaan apakah subtopik dapat diperinci lebih lanjut atau tidak.
D.    Sumber-sumber mendapatkan Topic yang Baik
Sumber-sumber untuk menulis sebuah topik datangnya bisa lewat mana saja , antara lain yaitu sebagai berikut:
         -          Sumber pengalaman kita ataupun orang lain.
         -          Sumber-sumber pengamatan.
         -          Sumber-sumber imajinasi.
         -          Dan hasil dari penalaran kita.


Judul
A.    Pengertian Judul
Judul adalah perincian atau penjabaran dari topik. Judul lebih spesifik dan sering telah menyiratkan permasalahan atau variabel yang akan dibahas. Judul juga merupakan nama yang dipakai untuk buku, bab dalam buku, kepala berita, dan lain-lain; identitas atau cermin dari jiwa seluruh karya tulis, bersipat menjelaskan diri dan yang manarik perhatian dan adakalanya menentukan wilayah (lokasi). Dalam artikel judul sering disebut juga kepala tulisan.
Ada yang mendefinisikan Judul adalah lukisan singkat suatu artikel atau disebut juga miniatur isi bahasan. Judul hendaknya dibuat dengan ringkas, padat dan menarik. Judul artikel diusahakan tidak lebih dari lima kata, tetapi cukup menggambarkan isi bahasan. Judul tidak harus sama dengan topik. Jika topik sekaligus menjadi judul, biasanya karangan akan bersifat umum dan ruang lingkupnya sangat luas. Judul dibuat setelah selesai menggarap tema, shingga bisa terjamin bahwa judul itu cocok dengan temanya. Sebuah judul yang baik akan merangsang perhatian pembaca dan akan cocok dengan temanya.
Judul hanya menyebut ciri-ciri yang utama atau yang terpenting dari karya itu, sehingga pembaca sudah dapat membayangkan apa yang akan diuraikan dalam karya itu. Ada judul yang mengungkapkan maksud pengarang, misalnya dalam sebuah laporan eksposisi, contohnya : “Suatu Penelitian tentang Korelasi antara Kejahatan Anak-anak dan Tempat Kediaman yang Tidak Memadai.
B.     Fungsi Judul
•   Merupakan identitas atau cermin dari jiwa seluruh tulisan.
•   Temanya menjelaskan diri dan menarik sehingga mengundang orang untuk 
     membaca isinya.
•   Gambaran global tentang arah, maksud, tujuan, dan ruang lingkupnya.
•   Relevan dengan seluruh isi tulisan, maksud masalah, dan tujuannya.
C.    Syarat-syarat Pembuatan Judul yang Baik
•   Harus relevan = Mempunyai keterkaitan dengan temanya atau bagian-bagian penting dari tema.
•   Harus provokatif = Menarik sedemikian rupa sehingga menimbulkan rasa ingin tahu tiap pembaca terhadap isi tulisan.
•   Harus singkat = Tidak boleh mengambil kalimat atau frasa yang panjang, tetapi harus berbentuk kata atau rangkaian kata yang singkat. Jika penulis tidak dapat menghindari judul yang panjang, maka dapat menggunakan solusi dengan membuat judul utama yang singkat, tetapi dengan judul tambahan yang panjang.
•   Harus asli = Jangan menggunakan judul yang sudah pernah dipakai.
•   Harus berbentuk frasa.
•     Tanpa ada singkatan atau akronim.
•     Awal kata harus huruf kapital, kecuali preposisi dan konjungsi.
•     Tanpa tanda baca di akhir judul.
•     Menarik.
•     Logis.
•     Sesuai dengan isi.
D.    Pengertian Judul Langsung dan Tidak Langsung
Judul langsung : Judul yang erat kaitannya dengan bagian utama berita, sehingga hubungannya dengan bagian utama berita terlihat jelas.
Judul tak langsung : Judul yang hubungannya tidak langsung dengan bagian utama berita, tetapi tetap menjiwai seluruh isi tulisan.

Alinea
A.   Pengertian Alinea
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi ke-3, dari terbitan Departemn Pendidikan Nasional tertera penjelasan bahwa alinea adalah bagian wacana yang mengungkapkan suatu pikiran yang lengkap atau satu tema yang dalam ragam tulis ditandai oleh baris pertama yang menjorok kedalam atau jarak spasi yang lebih. Dalam kamus tersebut alinea diartikan pula sebagai paragraf.
Sumber lain mengatakan bahwa Alinea atau Paragraf adalah seperangkat kalimat yang berkaitan satu sama lain, membentuk satu kesatuan untuk mengungkapkan atau mengemukakan satu gagasan pokok.
Ada beberapa ciri atu karakteristik alinea antara lain, sebagai berikut:
1)       Setiap alinea mengandung makna, pesan, pikiran, atau ide pokok yang relevan dengan ide pokok keseluruhan karangan;
2)      Alinea umumnya dibangun oleh sejumlah kalimat;
3)      Alinea adalah satu kesatuan ekspresi pikiran;
4)      Alinea adalah kesatuan yang koheren dan padat.
B.   Fungsi Alinea
Tersirat beberapa fungsi alinea, yaitu:
1)      Sebagai penampung dari sebagian kecil jalan pikiran atau ide pokok keseluruhan karangan;
2)      Memudahkan pemahaman jalan pikiran atau ide pokok;
3)      Memungkinkan pengarang melahirkan jalan pikirannya secara sistematis;
4)      Mengarahkan pembaca dalam mengikuti alur pikiran pengarang serta memahaminya;
5)      Sebagai alat penyampai pikiran;
6)      Sebagai penanda pikiran baru dimulai.
Dalam rangka keseluruhan karangan, alinea sering juga digunakan sebagi pengantar, transisi atu peralihan dari satu bab ke bab lainnya. Bahkan, tidak jarang alinea digunakan sebagai penutup. Di sini, alinea berfungsi sebagai pengantar, transisi, dan konklusi. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa alinea berfungsi sebagai berikut :
1)      Sebagai penampung dari sebagian kecil jala pikiran atau ide pokok keseluruhan karangan .
2)      Memudahkan pemahaman jalan pikiran atau ide pokok pengarang.
3)      Alat bagi pengarang untuk mengembangkan jalan pikirn secara sistematis.
4)      Pedoman bagi pembaca untuk mengikuti dan memahami alur pikiran pengarang.
5)      Sebagai penyampai pikiran atau ide pokok pengarang kepada pembaca.sebagai penanda bahwa piiran baru dimulai
6)      Dalam rangka keseluruhan karangan,alinea dapat berfungsi sebagi pengantar,transisi,dan penutup (konklusi).
C.   Unsur-unsur Alinea
Alinea adalah satu kesatuan ekspresi yang terdiri atas seperangkat kalimat yang dipergunakan oleh pengarang sebagai alat untuk menyatakan dan menyampaikan jalan pikirannya kepada para pembaca. Supaya pikiran tersebut dapat diterima oleh pembaca, alinea harus tersusun secara logis-sistematis. Alat bantu untuk menciptakan susunan logis-sistematis itu adalah unsur-unsur penyusun alinea, yaitu:transisi (transition), kalimat topik (topic sentence),kalimat pengembang (development sentence), dan kalimat penegas (punch-line).
Keempat unsur penyusun alinea tersebut,  terkadang muncul secara bersamaan, terkadang pula hanya sebagian yang muncul dalam sebuah alinea. Berikut adalah pembagiannya:
1)      Alinea yang Memiliki Empat Unsur
Susunan alinea jenis ini terdiri atas :
a.       Tarnsisi (berupa kata, kelompok kata, atau kalimat);
b.      Kalimat topik;
c.       Kalimat pengembang;
d.      Kalimat penegas.
2)      Alinea yang Memiliki Tiga Unsur
Alinea jenis ini terdiri atas :
a.       Transisi (berupa kata,kelompok kata,atau kalimat);
b.      Kalimat topik;
c.       Kalimaat pengembang.
3)      Alinea yang Memiliki Dua Unsur
Alinea jenis ini terdiri atas :
a.       Kalimat topik;
b.      Kalimat pengembang.
Dari sebuah karya tulis tentu dibutuhkan beberapa alinea untuk menjadikannya sempurna, sehingga dibutuhkan penghubung antar alinea satu dengan alinea berikutnya. Berikut adalah bentuk-bentukya:
1)      Transisi (mata rantai penghubung)
Transisi berfungsi sebagai penghubung jalan pikiran dua alinea yang berdekatan.
Tarnsisi tidak harus selalu ada dalam setiap alinea. Kehadiran transisi dalam alinea bergantung pada pertimbangan pengarang. Bila pengarang merasa perlu ada tarnsisi demi kejelasan informasi, transisi wajar ada. Sebaliknya, bila pengarang bisa mengekspresikan ide pokoknya dengan jernih tanpa transisi, transisi tidak perlu hadir dalam alinea tersebut.


2)      Kalimat Topik
Ada berbagai istilah yang sama maknanya dengan kalimat topik. Dalam bahasa inggris, kita mengenal istilah-istilah, major point, main idea, central idea, dan topic sentence. Keempat-empatnya bermakna sama mengacu kepada pengertian kalimat topik. Dalam bahasa Indonesia, kita pun mengenal istilah-istilah, seperti pikiran utama, pokok pikiran, ide pikiran, dan kalimat pokok. keempat-empatnya juga mengandung makna yang sama, yaitu mengacu pada kalimat topik.
Kalimat topik adalah perwujudan pernyataan ide pokok alinea dalam bentuk umum atau abstrak.
Contoh: Sial benar saya hari ini.
Menyatakan kesialan seseorang. Kesialan tersebut baru berupa pernyataan abstrak yang harus diuraikan kedalam contoh-contoh yang konkret.
3)       Kalimat Pengembang
Sebagian besar, kalimat-kalimat yang terdapat dalam suatu alinea termasuk kalimat pengembang.
Susunan kalimat pengembang tidak sembarangan. Urutan kalimat pengembang sebagai perluasan pemaparan ide pokok yang bersifat abstrak menuruti hakikat ide pokok. Pengembangan kalimat topic yang bersifat kronologis, biasanya menyangkut hubungan antara benda atau kejadian dan waktu. Urutannya masa lalu, kini, dan yang akan datang.
Bila pengembangan kalimat topik berhubugan dengan jarak (spacial), hal ini biasanya menyangkut hubungan antara benda, peristiwa atau hal, dan ukuran jarak. Bila pengembangan kalimat topik berhubungan dengan sebab akibat, kemungkinan urutannya sebab dinyatakan lebih dahulu, lalu diikuti akibatya. Penyusunan urutan kalimat pengembang yang berdasarkan urutan nomornya dimulai dari kejadian pertama, kedua, ketiga, dan seterusnya.



4) Kalimat Penegas
Kalimat penegas adalah elemen alinea yang keempat dan terakhir.Elemen pertama adalah transisi,elemen kedua adalah kalimat topik,dan elemen ketiga adalah kalimat pengembang.
Fungsi kalimat penegas ada dua.Pertama,kalimat penegas sebagai pengulang atau penegas kembali kalimat topik.Kedua,kalimat penegas sebagia daya penarik bagi para pembaca atu sebagai selingan untuk menghilangkan kejemuan.
Kedudukan kalimat penegas dalam suatu alinea tidak bersifat mutlak.Kalimat penegas ada bila pengarang merasa memerlukannya untuk menujang kejelasan informasi.Kalimat penegas tidak ada bila pengarang memandang kehadirannya tidak diperlukan.Selain itu,kalimat penegas tidak ada bila pengarangmerasa kejelasan informasi tidak terganggi tanpa adanya kalimat penegas.
Bila kita perbandingkan kedudukan kalimat penegas dengan kedudukan kalimat topik dan kalimat pengembang,terdapat beberapa persamaan da beberapa perbedaan.Jumlah kaliamat penegas dan kalimat topik sama.Makna yang terkandung dalam kalimat penegas dan kalimat topic kurang lebih sama,tetapi mungkin diutarakan cengan redaksi yang berbeda.
Eksistensi kalimat penegas tidak mutlak dalam suatu alinea,sedang eksistensikalimat topik dan kalimat pengembang bersifat mutlak dalam setiap alinea.Makna yang terkandung dalam kalimat penegas dan kalimat topik bersifat konkret sebagai penjabaran dari makna kalimat penegas dan kalimat topik.
D.   Jenis-Jenis Alinea
Berdasarkan penempatan ide pokok pada alinea, dapat ditentukan jenis alinea yang akan dibuat, yaitu sebagai berikut:
1)      Alinea deduktif
Apabila ide pokok di tempatkan pada bagian awal alinea,maka alinea ini disebut deduktif.


2)      Alinea induktif
Apabila ide pokoknya ditempatkan pada bagian akhir,maka alinea ini disebut induktif.
3)      Alinea campuran
Alinea yang ide pokoknya secara simultan ditempatkan pada bagian awal dan akhir disebut alinea campuran. Biasanya ide yang terdapat pada bagian akhir merupakan pengulangan ide yang terdapat pada bagian awal.
4)      Alinea deskriptif
Pada jenis alinea ini ide pokok tidak ditempatkan pada salah satu kalimat yang membangun alinea karena tidak ada satu pun yang lebih penting daripada ide lainnya.




BAB III
PENUTUP
A.      Kesimpulan
Variasi bahasa yaitu bentuk-bentuk bagian atau varian dalam bahasa yang masing-masing memiliki pola-pola yang menyerupai pola umum bahasa induknya.  Sedangkan jenisnya menurut Chaer dan Agustina (1995:62), dapat dibedakan menjadi yaitu dari segi penutur, pemakaian, keformalan, dan sarana.

Kalimat merupakan gabungan dari dua buah kata atau lebih yang menghasilkan suatu pengertian dan pola intonasi akhir, yang terdiri Subjek (pelaku), Predikat (tindakan), Objek(sasaran ), Pelengkap.

Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mengungkapkan gagasan penutur/penulisnya secara tepat sehingga dapat dipahami oleh pendengar/pembaca secara tepat pula, yang terdiri Subjek (pelaku), Predikat (tindakan), Objek(sasaran ), Pelengkap.
B.       Saran
Gunakanlah bahasa Indonesia yang baik dan benar sesuai aturan dan kaidah yang berlaku, meskipun sudah banyak modifikasi yang terjadi dalam perkembangan bahasa saat ini, namun kita harus tetap mempertahankan karakteristik bahasa Indonesia yang dikenal kaya akan makna serta tetap santun.







15


DAFTAR PUSTAKA
Anshari, Abdullah Dola, Ahyar Anwar, Akmal Hamsa, Salam, Juanda, Ramly, Mayong Maman, Azis, Nensilianti, Idawati, Helena, Nurwaty Syam, Asia, Suarni Syamsaguni, Muhammad Rapi, Achmad Tollo, Muhammad, Johar amir, sulastriningsih, A. wardihan, Syamsudduha, Kembong Daeng, Enung Maria, Taufik, Usman, Bachtiar Syamsuddin, Andi Fatimah Yunus, Hajrah, dan Faisal. 2013. Mata Kuliah Pengenbangan Kepribadian Bahasa Indonesia. Badan pengembangan bahasa dan sastra indonesia dan daerah fakultas bahasa dan sastra universitas negeri makassar
Faisol, Muhammad. 2012. Pengertian Bahasa Indonesia Ilmiah. Arikel Online. (http://ishals.student.umm.ac.id/2012/02/03/pengertian-bahasa-indonesia-ilmiah) diakses pada 7 maret 2013.
Puspandari, Dyas. 2008. Bahasa Indonesia Hand Book (Sifat Ragam Bahasa Ilmu). Bandung : Polytechnic Telkom.
8.       




16